Rabu, 20 Juni 2012

Jam Tangan Canggih


Anton terhuyung-huyung di bandara sambil membawa dua koper besar yang berat. Seseorang  mendekatinya, “Maaf, saya mau tanya, jam berapa sekarang?” . Anton menghela napas, meletakkan kopernya, dan melihat jam tangannya. “Empat kurang sepuluh,”  katanya. “Wah, hebat sekali jam tangan Anda!” kata orang asing itu. Anton tampak senang. “Yah, begitulah. Silahkan kalau mau lihat...” Lalu ia memperlihatkan penunjuk zona waktu, bukan hanya untuk setiap zona waktu di dunia, namun juga untuk 86 metropolitan terbesar di dunia. Ia menekan beberapa tombol dan terdengar suara, “Sekarang pukul tujuh kurang sepuluh menit,” dalam bahasa Inggris yang fasih. Ia menekan beberapa tombol lagi, muncul suara serupa, namun dalam bahasa Jepang. Anton menjelaskan, “Saya memberikan aksen regional untuk setiap kota. Tampilannya bagus sekali dan suaranya juga mengagumkan.”
Orang asing itu melongo terkagum-kagum. “Masih ada lagi,” kata Anton. Ia menekan beberapa tombol, dan muncullah gambar yang kecil, namun beresolusi  tinggi, memperlihatkan peta Jakarta. “Titik yang berkedip-kedip itu menunjukkan lokasi kita menurut satelit,” kata Anton. “kita geser sedikit,” kata Anton, dan kini terlihat peta Jawa Barat.
“Wah, saya mau dong!” pinta orang itu. “Oh, belum bisa, jam ini belum siap untuk dijual. Saya masih harus mengujinya lagi,” kata Anton, yang ternyata seorang penemu. “Namun, lihat ini,” lanjut Anton. “Jam ini sebenarnya juga radio kecil, perangkat sonar yang bisa mengukur jarak sampai 125 meter, telepon genggam dan, yang paling menakjubkan, bisa membuat rekaman audio untuk kira-kira 300 buku standar, namun saat ini saya baru merekam 25 buku favorit,” jelas Anton panjang lebar.
“Pokoknya saya harus beli jam ini!” desak orang itu. “Seperti yang saya katakan tadi, penemuan ini belum siap benar.” Lalu turis tadi berkata lagi, “enggak masalah. Saya bayar sepuluh juta, ya?”
“Jangan, biaya yang saya keluarkan...”
“oke deh, limapuluh!”
“Tetapi ini...”
“Ya sudah, seratus!” Orang itu lalu mengeluarkan cek.
Anton berpikir sejenak . Ia menghabiskan sekitar 40 juta untuk membuat jam itu. Dengan 100 juta, berarti ia bisa membuatnya lagi dan memperjualbelikannya secara resmi dalam enam bulan. Orang asing itu sudah menandatangani ceknya. “Ini langsung saya bayar saat ini juga. Seratus juta. Ambil atau....”
Anton segera mengambil keputusan. “Baiklah,” katanya sambil melepas jam itu dari tangannya dan menyerahkannya pada orang itu. Transaksi usai, orang itu segera beranjak dengan riang.
“Hei, tunggu dulu!” seru Anton. Orang asing itu menengok dengan pandangan curiga. Anton menunjuk pada dua koper yang tadi digotongnya. “Jangan lupa baterainya!”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar